Kebotakan bukan penyakit. Kebanyakan, pencetus terjadinya kebotakan
adalah faktor genetik atau keturunan. Seseorang bisa saja mengalami
kebotakan di usia tua, bahkan muda sekali pun. Apalagi, jika ada anggota
keluarga memiliki kebotakan, bisa jadi anak cucunya juga ada yang
mengalaminya. Setidaknya, 80 persen kebotakan itu dipicu oleh faktor
keturunan.
Hal tersebut dikemukakan Rick Guttridge dari lembaga Alpecine. Dia
mengatakan, kebotakan itu tidak ada obatnya. Sedangkan, alopecia
androgenic merupakan bentuk umum kebotakan yang sering terjadi.
Penyebabnya adalah kondisi genetik.
Hormon testosteron memegang peranan penting pada kebotakan. Jika seseorang kekurangan testosteron, maka kantong rambut lebih mudah tergerus. Akibatnya, rambut cepat rusak dan mengalami kerontokan lebih cepat.
Gaya hidup juga dituding sebagai salah satu katalisnya. Tingkat stres
yang tinggi menyebabkan kebotakan berlangsung lebih cepat dari
sewajarnya. Biasanya seseorang mengalami stres
tinggi di usia 20 dan 30-an, dan usia 40 dan 50-an. “Ini lantaran
tingkat stres yang kita alami sangat tinggi, dengan krisis hidup yang
berlebihan,” papar Guttride.
Guttride menyarankan, meski mungkin kebotakan akan dialami pada usia
muda atau paruh baya, sebaiknya tetap kelola stres dengan baik agar
kebotakan tidak berlangsung lebih cepat dari “jadwal” seharusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar